Intisari Webinar Singkong Berseri #7 : Mendayagunakan Singkong untuk Cadangan Pangan Keluarga dan Masyarakat
Masyarakat Singkong Indonesia (MSI), bekerjasama dengan Kementerian Pertanian Republik Indonesia telah mengadakan Webinar Singkong Berseri ke—7 pada Sabtu, 24 Juli 2021. Seminar nasional itu menghadirkan dua pembicara kunci yaitu Kepala Pusat Cadangan Logistik Strategis Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Brigjen Marrahmat, Wakil Ketua Umum Bidang Industri dan Teknologi MSI, Prof. Ir. Achmad Subagjo, M.Agr., Ph.D. Adapun moderator acara tersebut yaitu Ketua Umum MSI, Ir. Arifin Lambaga, M.S.E.
Acara tersebut diawali dengan sambutan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Ir. Suwandi, M.Si. yang dijembatani oleh paparan singkat moderator Arifin Lambaga terhadap fokus topik pembicaraan di webinar kali itu : Apakah tanaman singkong betul bisa dijadikan komoditas cadangan pangan? Lalu, bagaimanakah pendayagunaannya sebagai komoditas cadangan pangan?
Selanjutnya Arifin menjelaskan menentukan komoditas cadangan pangan secara nasional untuk ketahanan pangan keluarga maupun masyarakat penting dan mendesak untuk dikembangkan. Sebab, ada tiga faktor pendorong yaitu:
- Iklim yang tidak menentu yang menyebabkan banjir dan kekeringan. Hal tersebut menuntut manajemen cadangan pangan yang efektif dan efisien.
- Masa panen yang tidak merata antarwaktu dan antardaerah sehingga mengharuskan adanya cadangan pangan.
- Banyaknya kejadian darurat yang memerlukan adanya cadangan pangan untuk penanganan pascabencana, penanganan rawan pangan, dan bantuan pangan antarwilayah.
Pembahasan lebih lanjut disampaikan oleh Brigjen Marrahmat pentingnya cadangan pangan bagi pertahanan negara. Beliau pun menuturkan menurut data Departemen Pertanian Amerika Serikat pada tahun 2020, cadangan karbohidrat Indonesia hanya mengandalkan komoditas beras. Beda halnya dengan beberapa negara seperti beberapa negara yang juga memiliki cadangan karbohidrat dari komoditas gandum dan jagung. Cadangan karbohidat Indonesia hanya mampu mencukupi seluruh penduduk Indonesia selama 21 hari. Tentunya itu jumlah yang sangat terbatas.
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia membentuk Badan Cadangan Logistik Strategis Nasional (BCLSN) pada tahun 2020. Keberadaan badan itu berfungsi menjamin ketahanan pangan Indonesia, khususnya di tengah keadaan darurat nasional akibat pandemi Covid—19 selama 1,5 tahun ini. Singkong komoditas yang dipilih untuk dikembangkan oleh BCLSN. Marrahmat memaparkan lima hal yang menjadi keunggulan singkong:
- Singkong mudah tumbuh di hampir seluruh wilayah Indonesia.
- Dapat tumbuh pada lahan yang marjinal dan tidak memerlukan sistem irigasi kompleks.
- Merupakan salah satu sumber karbohidrat yang baik untuk cadangan pangan.
- Bersifat glutten free.
- Memiliki aplikasi yang luas pada produk turunannya, termasuk untuk keperluan medis dan energi
Menurut data yang dihimpun oleh tim BCLSN, produktivitas singkong di Indonesia pun lebih tinggi (rata-rata 23 ton/ha) ketimbang negara-negara lain (Thailand 22 ton/ha, Cina (16 ton/ha), dan Vietnam (19 ton/ha). Kemungkinan karena faktor tanah dan iklim kita yang cocok untuk singkong. Bahkan bila dikelola dengan baik, konon bisa jadi 50—70 ton/ha. Namun, produksi singkong Indonesia (rata-rata 19 juta ton/tahun) masih kalah dengan negara Nigeria, Kongo, dan Thailand. Berbicara ekspor, Indonesia berada di urutan ke—10 di dunia.
Oleh karena itu, BCLSN memiliki target untuk membuat 1 juta hektare kebun singkong yang setara dengan 34 kebun di Indonesia. Satu kebun akan memiliki luasan sekitar 30.000 hektare. Target tersebut ditetapkan supaya Indonesia dapat memperpanjang jangka waktu ketersediaan cadangan karbohidrat, dari 21 hari menjadi 120 hari. Target BCLSN tersebut diharapkan terwujud pada tahun 2024. Marrahmat mengatakan saat ini telah berjalan pembukaan lahan untuk perkebunan singkong di Kalimantan Tengah.
Mengenai potensi pendayagunaan singkong, Marrahmat menyampaikan sebagai negara dengan tingkat konsumsi mi terigu terbesar ke—2 di dunia Indonesia dapat mengolah singkong menjadi tepung singkong yang menjadi substitusi tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan mi.
Narasumber lainnya, Prof. Ir. Achmad Subagjo, M.Agr., Ph.D. menambahkan poin-poin yang membuat singkong sangat tepat dijadikan komoditas pangan cadangan nasional:
- Memiliki kandungan Linamarin, vitamin B17 antikanker.
- Tidak seperti padi yang harus dipanen segera saat sudahmi bisa dipanen, umbi singkong bisa dibiarkan hingga 2 bulan di dalam tanah.
- Ongkos mencetak lahan singkong jauh lebih murah ketimbang mencetak lahan padi dan jagung.
- Proses pascapanen singkong lebih murah ketimbang padi. Butuh proses untuk membuat beras yang siap masak.
Subagjo menambahkan singkong pun dapat diolah menjadi berbagai produk turunan yang dapat memperpanjang masa simpan hingga 1 tahun. Contoh beberapa produk turunan dari singkong yaitu tepung mocaf, tepung tapioka, singsaras (singkong disawut menjadi beras), mi kering, roti, bubur dumpling instan, dan lainnya.
Pada akhir webinar, moderator menambahkan bahwa singkong dapat dengan mudah dikembangkan menjadi cadangan pangan. Tak seperti komoditas padi yang memiliki batasan seperti membutuhkan pembangunan infrastruktur irigasi bila ingin meningkatkan kapasitas produksi, mengembangkan singkong tidak memerlukan biaya yang besar