Gelar “Kampung Singkong Salatiga” kini resmi disematkan kepada Desa Ledok, Kecamatan Agromulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Sebab, tanggal 12 Oktober 2021 Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo, datang meresmikan Kampung Singkong Salatiga itu. Momen itu turut disaksikan secara langsung oleh jajaran Pemerintah Kota Salatiga serta Masyarakat Singkong Indonesia (MSI).

Olahan Singkong Menjamur

Tak mengherankan bila Desa Ledok, Kota Salatiga, dijuluki Kampung Singkong. Terdapat 35 UMKM pengolah singkong di desa itu, mulai dari petani, pengolah produk makanan kemasan, hingga makanan siap saji. Bila dihitung, ada 158 varian produk singkong dan produk turunannya. Lokasi Kampung Singkong Salatiga pun sudah terkenal sebagai pusat wisata kuliner Kota Salatiga. Tak lengkap rasanya bila pengunjung yang melancong ke Kota Salatiga belum membeli oleh-oleh produk olahan singkong dari Kampung Singkong Salatiga.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menuliskan tanda tangan sekaligus tulisan tangan pada situs mural Kampung Singkong Salatiga.

Peresmian Kampung Singkong Salatiga bukanlah dilaksanakan secara tiba-tiba, melainkan upaya penindaklanjutan pengukuhan Kampung Singkong Salatiga yang sebelumnya diselenggarakan dalam rangkaian Fiesta Singkong 2021 (30 September 2021). Acara yang diselenggarakan oleh MSI dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Republik Indonesia itu juga melibatkan Pemerintah Kota Salatiga. 

Seniman mural, Farhan Siki, yang berjasa membuat mural ikon dan tempat berswafoto Kampung Singkong Salatiga. Mural tersebut kemudian menjadi titik peletakkan plakat peresmian Kampung Singkong Salatiga oleh Kementerian Pertanian, serta dibubuhkan goresan tangan Mentan Syahrul Yasin Limpo saat datang meresmikan Kampung Singkong Salatiga.

Satu-satunya di Dunia

Situs mural di Kampung Singkong Salatiga, tempat acara peresmian Kampung Singkong Salatiga diselenggarakan.

“Saya yakin ini satu-satunya tempat di dunia yang seperti ini. Saya masuk depan saja sudah kaget dengan tulisan ‘Kampung Singkong’ karena biasanya yang saya tahu ‘anak singkong.’ Memang belum keren banget, karena pasti kan menunggu bantuan dari Mentan, Dirjen, dan perbankan. Kita naik kelaskan lagi singkong, dan olahannya seperti getuk, untuk bisa dibawa (disimpan, red) sampai beberapa bulan yang tadinya hanya kuat 1×24 jam saja. Tepung singkongnya juga kalau bisa buat disini, sediakan mesinnya. Pak presiden mesti diundang kesini untuk melihat sendiri Kampun Singkong Salatiga. Tapi, sumpah, ini bagus banget.” Tutur Menteri Pertanian Republik Indonesia dalam pembukaan acara peresmian Kampung Singkong Indonesia, Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.Si., M.H.

“Kampung Singkong Salatiga akan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) kembangkan dan duplikasikan ke wilayah-wilayah lain di Indonesia yang memiliki potensi. Hal itu menjadi salah satu program MSI yang untuk mempopulerkan singkong di masyarakat Indonesia,” ujar Ketua Umum MSI, Arifin Lambaga.

Kampung Singkong Dorong Minat Masyarakat

 

Pembukaan Kampung Singkong Salatiga turut dihadiri Ketua Umum Masyarakat Singkong Indonesia, Ir. Arifin Lambaga, M.S.E. (baju putih).

Arifin menambahkan singkong harus dipopulerkan agar demand terhadap komoditas singkong untuk dikonsumsi oleh masyarakat meningkat. Keinginan MSI tersebut, menurut Arifin, berangkat dari cita-cita MSI menjadikan singkong makanan pokok dan bukan lagi menjadi makanan selingan.

Sayangnya, Arifin mengatakan bahan baku singkong semakin turun secara nasional. Kini, Indonesia sudah di urutan ke—6 di dunia dari segi produktivitas singkong. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), sejak tahun 2018—2019 Indonesia menempati urutan ke—6 setelah Nigeria, Kongo, Thailand, Ghana, dan Brasil. Padahal, tahun 2017 Indonesia masih menempati urutan ke—4 di dunia, mengalahkan Ghana dan Brasil. 

Menurut data Subdirektorat Ubi Kayu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Republik Indonesia, data terbaru produktivitas singkong nasional tahun 2018—2019 sebagai berikut:

TahunLuas Panen (ha)Produktivitas (ku/ha)Produksi (ton)
2018697.384 231,14 16.119.020
2019628.305260,23 16.350.370

Duplikasi Kampung Singkong Salatiga

Meskipun luasan panen di tahun 2019 mengalami penurunan, namun produktivitas dan produksi ternyata justru meningkat. Supaya produktivitas nasional bisa mengejar kembali ketertinggalan dari negara Brasil, Ghana, dan bahkan negara tetangga Thailand yang stabil mempertahankan kedudukannya di posisi ke—3 produsen singkong terbesar di dunia, “MSI mengharapkan adanya dorongan dan bantuan dari pemerintah terkait subsidi pupuk serta subsidi bibit varietas unggul secara cuma-cuma, sehingga Indonesia bisa mengejar peningkatan produktivitas dari 26 ton/hektare menjadi 30 ton/hektare bahkan 40 ton/hektare.” Kata Arifin.

Masyarakat Singkong Indonesia pun berkeinginan menduplikasi model Kampung Singkong Salatiga di beberapa daerah lainnya. Terdekat, Sukabumi menjadi target utama. Arifin mengungkapkan kini MSI tengah mempersiapkan lahan produksi bibit singkong seluas 5—10 hektare di Sukabumi. Alasan dipilihnya Sukabumi oleh MSI yaitu sudah terbangun ekosistem perniagaan bahan baku singkong hingga industri pengolahannya.