Kegitan panen raya yang dihadiri oleh Masyarakat Singkong Indonesia diisi oleh perbincangan berbagai topik seputar budidaya dan potensi pengembangan bisnis singkong di Indonesia.
Kerjasama Pengembangan Varietas Baru Singkong Indonesia
Kebun Percobaan Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) Citayam sudah ramai sedari pagi pada Selasa, 24 Agustus 2021. Keramaian yang terdiri dari Ketua Umum, Direktur Eksekutif, dan Dewan-Dewan Pakar Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) serta periset tanaman pangan singkong Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu dalam rangka peninjauan sekaligus panen perdana 16 genotipe atau calon varietas singkong baru. Pengembangan calon-calon varietas anyar tersebut hasil kerjasama LIPI, MSI, serta Kementerian Pertanian Republik Indonesia melalui BB Biogen.
Hasil panen perdana 16 calon varietas tersebut selanjutnya akan didata hasil pertumbuhannya. Umbi-umbi singkong-singkong tersebut juga akan diuji keberadaan dan kandungan nutrisinya seperti serat, pati, betakaroten, dan sebagainya. Penelitian semakin paripurna dengan pengujian karakter tepung mocaf dari masing-masing singkong calon varietas.
Pengujian kandungan nutrisi serta pengolahan tepung mocaf bertujuan menentukan peruntukkan masing-masing calon varietas. Singkong, disesuaikan dengan karakter umbinya, bisa menjadi pangan fungsional bernutrisi seperti betakaroten, pangan industri untuk diolah menjadi keripik, tepung tapioka, ataupun mocaf.
Uji Coba Tiga Jenis Bibit
Panen raya di luasan 1 hektare dengan umur tanaman 1 tahun itu juga sebagai rangka melihat pengujian pertumbuhan tiga jenis bibit setek, yakni setek normal, setek mini, dan setek pucuk. Peneliti LIPI, Fathoni, M.Eng. menjelaskan maksud dari ketiga jenis metode penanaman tersebut sebagai berikut:
1. Setek Normal
Metode penanaman yang paling lazim digunakan oleh masyarakat umum untuk menanam singkong. Setek normal memiliki ukuran panjang setek sekitar 15—20 cm. Biasanya dari 1 batang singkong dapat menghasilkan 5—6 setek normal, namun tergantung panjang batang singkong yang digunakan karena bisa berbeda-beda.
2. Setek Mini
Setek yang dijuluki setek mini yaitu memiliki 1—2 mata tunas dengan panjang sekitar 5 cm. Setek mini bisa menghasilkan bibit setek yang lebih banyak. Ketersediaan bibit menjadi salah satu kendala dalam penanaman singkong skala besar. Bila dibandingkan dengan setek normal yang membutuhkan setidaknya 15 cm untuk 1 setek, maka dengan setek mini sudah dapat menghasilkan 3 setek untuk panjang yang sama.
3. Setek pucuk
LIPI juga mencoba menggunakan pucuk tanaman sebelum dipanen. Pucuk dipotong sekitar 10—15 cm, kemudian disemai dan ditanam dilahan. Metode penanaman ini juga sudah dikenal oleh para petani singkong.
Memanfaatkan sebanyak mungkin bagian tanaman singkong sebagai bibit merupakan tujuan utama penelitian. Semakin kecil ukuran bibit, artinya semakin banyak unit bibit yang dapat diproduksi dari satu batang singkong. Pastinya, pemenuhan keperluan bibit singkong yang butuh banyak (10.000—20.000 setek/hektare) dalam waktu singkat lebih mudah tercapai.
Hasil sampling data pertumbuhan berdasarkan metode penanaman saat panen raya, terlihat tidak ada perbedaan signifikan pada hasil panen antara setek normal dan setek mini. Adapun hasil pengamatan sampling terhadap setek pucuk ada kecenderungan jumlah umbi yang lebih sedikit, namun data tersebut masih harus divalidasi lebih lanjut oleh para periset LIPI. Ketiga metode penanaman tersebut mencapai tahap evaluasi tahun pertama. Kerjasama LIPI X MSI untuk evaluasi tahun kedua diharapkan masih dapat dilanjutkan.
Memantau Kesesuaian Lahan Calon Varietas Singkong
Masyarakat Singkong Indonesia membantu LIPI sebagai lembaga penelitian dalam pengadaan lahan tanam untuk kepentingan uji coba kesesuaian lahan dan uji multilokasi. Enam belas varietas yang diujicobakan termasuk varietas-varietas yang sudah lama beredar di Indonesia seperti manggu, iding, mentega, apuy, roti, kristal merah, menti, nangka, bokor, adira 1, adira 4, dan UK. Adapun dua klon yang tinggi betakaroten yang masih menjadi calon varietas, dan dua klon yang dihasilkan dari hasil iradiasi sinar gamma.
Semua varian di tanam di Kebun Percobaan BB Biogen Citayam sebagai upaya uji kesesuaian lahan dan multilokasi. Terdapat total sekitar 1.900 pohon atau batang singkong dengan masing-masing total per varian yang beragam. Ada yang 175 pohon, 75 pohon, dan 25 pohon per varian.
Icip-Icip Ragam Singkong
Untuk jenis nangka dan satu calon varietas dengan kandungan betakaroten, anggota MSI mencoba memasak umbinya yang diolah dikukus sederhana. Terlihat bahwa singkong berbetakaroten memiliki warna yang lebih kuning ketimbang singkong nangka yang berwarna putih seperti singkong pada umumnya. Tak hanya menikmati singkong kukus dari lahan tanam, anggota dan dewan MSI yang hadir saat itu ternyata saling berbagi olahan singkong buah tangan dari satu sama lain. Beberapa kue kering berbahan dasar tepung mocaf, singkong goreng dengan sambal turut dihidangkan. Bahkan, produk olahan tepung mocaf berupa mi mocaf produksi UMKM hadir di meja perjamuan.